PRINSIP
PENDINGINAN IKAN MENGGUNAKAN ES UNTUK MEMPERTAHANKAN KUALITAS KESEGARAN IKAN
TUGAS
MAKALAH MATA KULIAH
TEKNIK PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DIATAS KAPAL
TEKNIK PENANGANAN HASIL TANGKAPAN DIATAS KAPAL
KELOMPOK 3:
MUQTAMAR
EFFENDI
MIRZATUN
MULIA
JULIANDRE
HIDAYATULLAH
JURUSAN
PEMANFAATAN SUMBERDAYA PERIKANAN
FAKULTAS
PERIKANAN
UNIVERSITAS
ABULYATAMA ACEH
2017
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Ikan merupakan produk pangan yang
sangat mudah rusak. Pembusukan ikan terjadi segera setelah ikan ditangkap atau
mati. Pada kondisi suhu tropik, ikan membusuk dalam waktu 12-20 jam tergantung
spesies, alat atau cara penangkapan. Pendinginan akan memperpanjang masa simpan
ikan. Pada suhu 15-20oC, ikan dapat disimpan hingga sekitar 2 hari, pada
suhu 5oC tahan selama 5-6 hari, sedangkan pada suhu 0oC dapat mencapai 9-14
hari, tergantung spesies ikan. Pengolahan ikan agar lebih awet perlu dilakukan
agar ikan dapat tetap dikonsumsi dalam keadaan yang baik. Pada dasarnya
pengawetan ikan bertujuan untuk mencegah bakteri pembusuk masuk ke dalam ikan.
Nelayan biasanya memberi es sebagai pendingin agar memperpanjang masa simpan
ikan sebelum sampai pada konsumen.
Salah satu usaha
untuk meningkatkan nilai dan mengoptimalkan pemanfaatan produksi hasil
tangkapan laut adalah dengan pengembangan produk bernilai tambah, baik olahan
tradisional maupun modern. Namun produk bernilai tambah yang diproduksi di
Indonesia masih dari ikan ekonomis seperti tuna/udang kaleng, tuna
steak, loin dan lain sebagainya yang memiliki nilai jual meski tanpa
dilakukan proses lanjutan. Sedangkanapabila ingin merubah nilai jual ikan non
ekonomis maka salah satu cara yang bisa ditempuh adalah melalui teknologi
produk perikanan (pengembangan produk hasil perikanan) agar lebih bisa diterima
oleh masyarakat dan sesuai dengan selera pasar dalam rangka memenuhi kebutuhan
gizi masyarakat, aman, sehat melalui asupan gizi/vitamin/protein dari produk
hasil perikanan dan ketahanan pangan.
Penggunaan suhu
rendah sangat bagus untuk menghambat proses pembusukan sebab dengan suhu rendah
pertumbuhan mikroba dapat dihambat atau bahkan dapat membunuh mikroba atau
bakteri tersebut dan untuk mempertahankan kesegaran produk perikanan selain
bentuk serta susunan kimianya tidak banyak berubah jika dibandingkan dengan
penggunaan suhu tinggi. Penggunaan suhu rendah dilakukan dengan pemakaian es
atau pembekuan.
Prinsip
pendinginan adalah mendinginkan ikan secepat mungkin ke suhu serendah mungkin
tetapi tidak sampai menjadi beku. Pendinginan tidak dapat mencegah pembusukan
secara total, tetapi semakin dingin suhu ikan, semakin besar penurunan
aktivitas bakteri dan enzim. Pendinginan bertujuan untuk menunda proses
bakteriologi dan biokimia pada ikan. Proses pendinginan ikan seharusnya ikan
diselimuti oleh medium yang suhunya lebih dingin dari suhu ikan, dapat
berbentuk cair, padat atau gas. Pendinginan ikan dapat dilakukan dengan menggunakan
es.
Es balok yang
digunakan untuk pendinginan ikan harus dihancurkan terlebih dahulu menjadi
bentuk bongkahan atau diserut menjadi butiran-butiran yang tidak terlalu kecil
dan tidak terlalu besar. Ukuran pecahan butiran es kira-kira 1-2 cm3.
Pemakaian butiran es yang terlalu besar dan runcing dapat mengakibatkan
kerusakan fisik ikan. Butiran es yang terlalu kecil akan menyebabkan butiran es
cepat melebur dan juga membendung aliran air ke bawah sehingga terjadi genangan
air antar lapisan ikan. Pemakaian es balok yang dihancurkan akan lebih baik
dari pada yang diserut karena akan diperoleh ukuran butiran es yang
berbeda-beda dan disarankan untuk tidak menghancurkan es balok di atas tumpukan
ikan karena akan mengakibatkan kerusakan fisik pada ikan (Junianto 2003).
1.2
tujuan
maksud dan tujuan dari pembuatan makalah
ini adalah untuk dapat mengetahui cara dan prinsip penanganan ikan menggunakan
es yang mana bertujuan untuk mempertahankan kualitas kesegaran ikan tetap
terjaga.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Faktor-Faktor
Penurunan Kualitas Kesegaran Ikan
Dalam setiap operasi penangkapan, ikan yang tertangkap harus
diperlakukan dengan sebaik-baiknya, karena perlakuan ini merupakan langkah
pertama yang sangat menentukan mutu ikan dalam proses berikutnya. Ikan yang ditangkap akan segera
membusuk, kecepatan pembusukan dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut:
1.
Cara Penangkapan : Ikan yang tertangkap dengan
playing, pole & line, akan lebih baik keadaanya bila dibandingkan dengan
yang ditangkap dengan gill net, long line, dan sebagainya.
2.
Reaksi ikan menghadapi
kematian : Ikan – ikan yang keras
menghabiskan banyak tenaganya dalam menghadapi kematiannya, lebih cepat busuk
daripada ikan yang mati dengan tenang atau cepat.
3.
Jenis dan ukuran ikan :
a) Kecepatan pembusukan berbeda pada
setiap jenis ikan, karena perbedaan komposisi kimianya.
b) Ikan yang berukuran kecil cepat
membusuk dari pada ikan yang berukuran besar.
4.
Keadaan fisik sebelum
ditangkap :
a) Ikan yang sangat kenyang akan
makanan saat ditangkap, perut dan dinding perutnya segera diurai oleh enzym isi
perut dan akan mengakibatkan perubahan warna.
b) Ikan yang kondisi physiknya lemah,
misalnya ikan yang sakit, lapar atau habis bertelur, akan lebih membusuk.
5.
Keadaan Cuaca : Udara yang panas, suhu air
yang tinggi, laut yang banyak gelombang, akan mempercepat pembusukan.
6.
Cara penanganan dan
penyimpanan :
Jika ikan dalam keadaan rigor diperlakukan dengan kasar, misalnya ditumpuk
terlalu banyak, terinjak, terlempar, dan sebagainya, proses pembusukannya akan
berlangsung lebih cepat. Pembusukan dapat dicegah atau diperlambat jika ikan
disiangi dan disimpan pada suhu yang cukup rendah.
Penurunan Mutu Ikan Oleh Pengaruh
Fisik
Penurunan
mutu ikan juga dapat terjadi oleh pengaruh fisik. Misal kerusakan oleh alat
tangkap waktu ikan berada di dek, di atas kapal dan selama ikan disimpan di
palka. Kerusakan yang dialami ikan secara fisik ini disebabkan karena
penanganan yang kurang baik. Sehingga menyebabkan luka-luka pada badan ikan dan
ikan menjadi lembek. Hal-hal ini dapat disebabkan karena :
1.
Terlalu
lamanya ikan berada dalam jaring, misal dalam jaring trawl,
penarikan trawl terlalu lama. Kondisi ini dapat menyebabkan kepala atau ekor
menjadi luka atau patah.
2.
Pemakaian
alat, semisal ganco atau sekop terlalu kasar, sehingga melukai badan ikan dan
ikan dapat mengalami pendarahan.
3.
Penyimpanan
dalam palka terlalu lama.
4.
Penanganan
yang ceroboh sewaktu penyiangan, mengambil ikan dari jaring, sewaktu memasukkan
ikan dalam palka, dan membongkar ikan dari palka.
5.
Daging
ikan juga akan lebih cepat menjadi lembek, bila kena sinar matahari.
2.2 Penanganan
hasil tangkapan ikan
Penanganan hasil tangkapan ikan adalah proses
mempertahankan kualitas ikan tetap terjaga dalam waktu selama mungkin.
Penanganan ikan seperti kita ketahui ada beberapa cara untuk mempertahankan
kualitas kesegaran ikan yaitu dengan menggunakan es balok, es curah, es kering,
menggunakan air dingin dan juga secara pembekuan. Namun di Indonesia yang banyak dilakukan penanganan hasil
tangkapan yaitu melakukan pendinginan ikan dengan menggunakan es.
2.3 Jumlah Es Yang Digunakan
Jumlah
es yang di gunakan harus di sesuaikan dengan jumlah ikan yang akan di tangani
akan di peroleh suhu pendinginan yang optimal. Jika jumlah es terlalu sedikit
dibandingkan jumlah ikannya maka suhu pendinginan yang dihasilkan tidak cukup
dingin untuk mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang di tentukan.
Sebaiknya, bila jumlah es terlalu banyak dapat menyebabkan ikan kerusakan fisik
karena himpitan atau tekanan dari bongkahan es. Es yang di tambahkan harus
dapat menurunkan suhu ikan sampai 0ºC dan suhu tersebut dapat dipertahankan
selama penyimpanan dalam waktu yang ditentukan.
Perbandingan
es dan ikan yang dipergunakan selama pendinginan bervariasi antara 1 : 4 sampai
1 : 1. Perbandingan tersebut tergantung pada waktu penyimpanan yang
diperkirakan, suhu udara diluar kemasan, dan jenis wadah penyimpanan.
Ketebalan
lapisan ikan berpengaruh terhadap kecepatan penurunan suhu tubuh ikan.
Semangkin tipis lapisan ikan, kecepatan penurunan suhunya semangkin cepat.
Waktu yang diperlukan untuk mencapai 1,5ºC dari suhu awal tubuh ikan 10ºC dari
berbagai perlakuan.
Dalam perhitungan jumlah es yang diperlukan, terdapat
dua tahapan yang harus diperhatikan yaitu tahap penurunan suhu mencapai suhu
penyimpanan yang diinginkan ( 0ºC s/d
3ºC ) dan tahap pemeliharaan suhu penyimpanan dan
distribusi. Untuk menurunkan suhu ikan sampai pada tingkat suhu
yang lebih rendah, maka jumlah panas yang harus dienyahkan dari ikan dapat
dihitung dengan rumus umum berikut :
Q = m (T1 – T2) c
Dimana
:
Q
= Jumlah panas dalam kilokalori (kkal)
m
= masa atau berat bahan dalam kg
T1 =
suhu awal bahan dalam ºC
T2 =
suhu akhir bahan dalam ºC
C
= panas spesifik bahan
Kalau panas spesifik ikan 0.84, suhu awal 20ºC, sedangkan
berat ikan 100 kg maka jumlah panas yang harus dienyahkan dari ikan agar
suhunya mencapai 0ºC adalah : 100 kg X (20 – 0)ºCX 0,84= 1680kkal
Oleh karena tiap kg es saat meleleh pada
0ºC dapat menyerap 80kkal ( berhubung panas laten pelelehan es 80 kkal/kg),
maka berat es yang diperlukan bagi pendinginan ikan itu adalah 1680/80 = 21kg
es dengan catatan tidak memperhitungkan panas yang terbuang. Jadi kebutuhan es
bagi tahap penurunan suhu ikan seberat 100 kg dengan suhu awal 20ºC adalah 21
kg es.
2.4 Cara
Pendingin Ikan Dengan Es
Ada dua cara pendinginan ikan dengan menggunakan es,
yaitu
2.4.1 Tumpukan
Es yang telah disiapkan dan juga telah dihancurkan dimasukkan kedalam wadah,
selanjtnya dimasukkan ikan-ikan kedalam wadah yang telah diisi dengan es.
Dengan cara tumpukan ini ikan-ikan yang dimasukkan kedalam wadah tidak disusun.
Namun es dan ikan ditumpukkan secara begitu saja. Hal ini sering kita jumpai
didaerah kita indonesia. Akan tetapi pada bagian atas ikan juga ditutupi dengan
es balok yang telah dihancurkan, hal ini bertujuan agar suhu dalam wadah tetap
merata, selanjutnya wadah ditutup agar
tidak terjadi kontak dengan udara sekitarnya yang dapat membawa panas dalam
wadah. Teknik ini dilakukan apabila ikan-ikan berukuran tidak terlalu besar.
2.4.2 Berlapis
Teknik
ini dilakukan dengan cara es dan ikan disusun sedemikian rupa. Dimana ikan dan
es disusun didalam wadah dengan cara 1:1. Yang artinya jika ikan sebanyak 5 Kg
maka ikan juga sebanyak 5 Kg. Teknik ini dilakukan dengan cara es terlebih
dahulu disusun didalam wadah, selanjutnya dimasukkan ikan, kemudian dilapisi
es. Hal seperti ini dilakukan apabila ikan-ikan berukuran lumayan besar.
Gambar
A Penyusunan ikan secara tumpukan. Dan gambar B penyusunan ikan secara berlapis
Kedua
cara tersebut adalah cara yang efesien dilakukan untuk mempertahankan kesegaran
ikan. Perlakuan terhadap ikan tergantung kepada ukuran ikan tersebut. Seperti
pada penjelasan diatas, dimana ukuran ikan yang berbeda akan diperlakukan
dengan beda pula cara pendinginan ikan.
Bahkan
jika ukuran ikan lebih kecil maka akan dilakukan penanganan ikan dengan cara
mendinginkan menggunakan air dan es. Hal ini tidak dapat dilakukan pendinginan
menggunakan es saja, karena dapat merusak daging ikan, makan perludilakukan
pendinginan menggunakan air dan es atau air dingin.
Namun
sebaliknya jikan ukuran ikan terlalu besar maka tidak dapat dilakukan
pendinginan dengan menggunakan es. Karena suhu dingin yang dihasilkan oleh es
terlalu lama masuk atau menyerap kedalam
tubuh ikan yang terlalu besar. Sehingga suhu panas dalam tubuh ikan
tidak berubah, sehingga daging ikan menjadi lembek dan dapat menimbulkan proses
pembusukan oleh bakteri. Maka harus
dilakukan dengan cara pembekuan. Karena suhu pada pembekuan dibawah 0ºC, misalnya
ikan tuna sirip kuning sebagai salah satu contohnya. Maka harus dilakukan
pembekuan terhadap ikan tersebut. Untuk ikan-ikan ekspor umumnya dibekukan,
tapi isi perut dan insang dibuang dan dibersihkan terlebih dahulu sebelum
dibekukan.
Selama proses pembekuan berlangsung,
terjadi pemindahan panas dari tubuh ikan yang bersuhu lebih tinggi ke suhu yang
rendah. Dengan demikian kandungan air dalam tubuh ikan akan berubah menjadi
bentuk kristal es. Kandungan air ini terdapat didalam sel jaringan dan ruang
antar sel. Sebagian besar air didalam tubuh ikan tersebut merupakan air bebas (free water) sebanyak 67% dan selebihnya
merupakan air tak bebas.
Waktu yang diperlukan untuk proses
pembekuan sangat tergantung pada kecepatan dan suhu pembekuan yang ingin
dicapai. Suhu pembekuan, dimana seluruh cairan tubuh ikan telah membeku disebut
eutectic point dan biasanya berkisar
-55ºC sampai -65ºC. Penurunan suhu selanjutnya akan meningkatkan jumlah cairan
tubuh ikan yang akan membeku dan akhirnya akan mencapai air tak bebas. Biasanya
proses pembekuan ikan dianggap selesai bila suhu tubuhnya telah mencapai -12ºC.
Karena pada suhu tersebut sebagian besar cairan yang terdapat didalam tubuh
ikan telah membeku.
2.5 Cara
Penyusunan Ikan
Dalam pendinginan ikan ada beberapa cara penyusunan
ikan didalam wadah atau palkah, yaitu :
1.
Bulking
Dengan cara ini ikan dan es disusun selapis demi
selapis dalam wadah. Bagian dasar wadah dibari es balok untuk mencegah
perambatan panas dari udara dibagian luar. Tebal antara lapis es dengan ikan
sebaiknya sama dan usahakan agar setiap tubuh ikan tetap terbungkus oleh es
sehingga ikan cepat dingin.
Teknik
penyusunan ikan dengan cara Bulking
2. Shelfing
Prinsip kerjanya sama dengan bulking, akan tetapi
pada shelfing di berikan sekat hidup didalam wadah. Jarak antar sekat sekitar
20 cm dan setiap sekat hanya menampung satu lapis ikan.
Penyusunan ikan dengan cara ini dianggap
menghabiskan lebih banyak waktu, tenaga dan tempat sehingga hanya digunakan
untuk ikan yang berukuran besar. Namun demikian, dengan cara ini mutu ikan
tetap baik dan kehilangan berat berat karena tertekan dapat dikurangi.
Teknik
penyusunan ikan dengan cara Shelfing
3. Boxing
Cara boxing adalah proses penyusunan dengan
menggunakan kotak (box) terbuat dari
kayu, aluminium dan plastik. Kotak terbuat daribahan aluminium dan plastik
dianggap lebih baik karena relatif mudah dibersihkan.
Ikan yang akan dimasukkan kedalam kotak harus
dicapurkan dengan es terlebih dahulu secukupnya agar tingkat kesegarannya dapat
dipertahankan lebih lama.
Cara ini dianggap lebih menguntungkan dibanding
dengan dua cara daripenjelasan diatas, karena :
A.
Dengan cara ini
tubuh ikan tidak akan banyak mengalami luka karena tekanan. Berat ikan tidak
banyak berubah sebab tingkat penyusutannya rendah.
B.
Tingkat
kesegaran maupun kualitas ikan tidak banyak mengalami perubahan.
C.
Dengan cara ini
penyusunan dan pembongkaran ikan dari dalam kotak dapat dilakukan dengan mudah
dan cepat.
Teknik penyusunan ikan dengan
cara Boxing
2.6 Prosedur Pendinginan Ikan
Proses pendinginan ikan akan lebih efektif bila
dilaksanakan sebelum ikan rigor mortir berakhir. Apabila dilakukan setelah
terjadi autolisis, biasanya proses pendinginan ikan tidak banyak bermanfaat.
Oleh karena itu, sebaiknya proses pendinginan ikan dilakukan dengan secepat
mungkin.
Langkah-langkah prosedur pendinginan
ikan dengan es yaitu:
1.
Ikan yang akan di dinginkan dipisahkan menurut ukuran, jenis, dan
tingkat kesegarannya.
2.
Ikan besar harus disiangi terlebih dahulu dan dibuang isi perut
maupun insangnya. Ikan kecil tidak perlu disiangi, cukup dicuci hingga bersih.
3.
Sisik ikan dibersihkan dengan menggunakan sikat kawat, dimulai
dari ekor terus ke arah kepala.
4.
Ikan yang telah dibersihkan dan dibuang isi perut maupun insangnya
segera dicuci dengan air bersih agar lendir, darah maupun kotoran yang masih
menempel hilang.
5.
Kemudian ikan disusun didalam wadah pendingin yang telah
disiapkan.
Jumlah es yang di gunakan harus di sesuaikan
dengan jumlah ikan yang akan di tangani akan di peroleh suhu pendinginan yang
optimal. Jika jumlah es terlalu sedikit dibandingkan jumlah ikannya maka suhu
pendinginan yang dihasilkan tidak cukup dingin untuk mempertahankan kesegaran
ikan dalam waktu yang di tentukan. Sebaiknya, bila jumlah es terlalu banyak
dapat menyebabkan ikan kerusakan fisik karena himpitan atau tekanan dari
bongkahan es.
Ukuran dan jenis wadah yang digunakan, Semakin
besar luas permukaan maka panas yang masuk ke dalam kotak semakin besar pula.
Jenis material kotak peng-es-an yang sering sering di gunakan saat ini oleh
para pelaku penanganan ikan di Indonesia antara lain: kayu, plastik polietilen,
fiberglass, dan Styrofoam.
Kondisi fisik ikan sebelum penanganan ( sebelum
di es-kan ) harus di perhatikan. Ikan-ikan yang kondisi fisiknya jelek,
misalnya lecet-lecet, memar, sobek, atau luka pada kulit, sebaiknya dipisahkan
dari ikan yang kondisi fisiknya baik. Hal ini di sebabkan darah dari ikan yang
luka akan mencemari atau mengontaminasi ikan yang masih baik kondisinya.
2.7 Kelebihan dan Kekuranagn Pendingin Ikan
Dengan Es
Adapun kelebihan dan
kekurangan pada pendinginan ikan menggunakan es adalah :
1.
Kelebihan
a)
Harga es murah dan mudah dibawa
b)
Es mudah didapatkan
c)
Es tidak membahayakan bagi yang memakannya
d)
Air lelehan es membasahi permukaan ikan sambil menghanyutkan
lendir, sisa darah dan kotoran lainnya.
2.
Kekurangan
a)
Tidak dapat mempertahankan kesegaran ikan dalam
waktu yang lama
b)
Es cepat mencair
BAB III
PENUTUP
1.1
Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari pembahasan dalam makalah
ini adalah :
1.
Penanganan hasil
tangkapan ikan adalah proses mempertahankan kualitas ikan tetap terjaga dalam
waktu selama mungkin.
2.
Jumlah es yang di gunakan harus di sesuaikan dengan jumlah ikan
yang akan di tangani akan di peroleh suhu pendinginan yang optimal.
3.
Langkah-langkah
prosedur pendinginan ikan dengan es yaitu: (1) Ikan yang akan di dinginkan dipisahkan menurut
ukuran, jenis, dan tingkat kesegarannya. (2) Ikan besar harus disiangi terlebih
dahulu dan dibuang isi perut maupun insangnya. (3) Ikan kecil tidak perlu
disiangi, cukup dicuci hingga bersih. (4) Sisik ikan dibersihkan dengan
menggunakan sikat kawat, dimulai dari ekor terus ke arah kepala. (5) Ikan
yang telah dibersihkan dan dibuang isi perut maupun insangnya segera dicuci
dengan air bersih agar lendir, darah maupun kotoran yang masih menempel hilang.
(6) Kemudian ikan disusun didalam wadah pendingin yang telah disiapkan.
a)
Kelebihan
pendinginan ikan dengan es yaitu : (1) Harga es murah dan mudah
dibawa. (2) Es mudah didapatkan. (3) Es tidak membahayakan bagi yang
memakannya. (4) Air lelehan es membasahi permukaan ikan sambil menghanyutkan
lendir, sisa darah dan kotoran lainnya. Sedangkan kekurangannya adalah : (1) Tidak
dapat mempertahankan kesegaran ikan dalam waktu yang lama. (2) Es cepat mencair.
No comments:
Post a Comment