Text Widget

ads
Responsive Ads Here

Penangkapan Ikan Dengan Pole and Line

MAKALAH

PENANGKAPAN IKAN DENGAN ALAT TANGKAP
POLE AND LINE ( HUHATE )




 BAB I
PENDAHULUAN
1.1         Latar Belakang
Kegiatan penangkapan ikan merupakan aktivitas yang dilakukan untuk mendapatkan sejumlah hasil tangkapan, yaitu berbagai jenis ikan untuk memenuhi permintaan sebagai sumber makanan dengan menggunakan berbagai jenis alat tangkap.  Adanya permintaan menyebabkan terjadi siklus ekonomi dimana akan terjadi keuntungan dan kerugian, sehingga aktivitas penangkapan akan dilakukan dengan meningkatkan produksi ikan untuk meraih keuntungan yang sebesar-sebesarnya oleh pelaku usaha penangkapan ikan. 
pole and line” adalah cara pemancingan dengan menggunakan pancing yang dikhususkan untuk menangkap ikan cakalang yang banyak digunakan di perairan Indonesia. Selanjutnya dikatakan juga menurut Ayodhoya, (1981), pole and line umum digunakan untuk menangkap ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) sehingga dengan kata perikanan pole and line sering pengertian kita ke arah perikanan cakalang, sungguhpun dengan cara pole and line juga dilakukan penangkapan albacore, mackerel dan lain sebagainya.
Produksi ikan cakalang pada dasarnya merupakan hasil proses penangkapan yang dilakukan oleh para nelayan dengan menggunakan berbagai alat tangkap baik yang bersifat tradisional maupun modern. Alat tangkap yang umum digunakan para nelayan Indonesia bagian timur salah satunya adalah pole and line. Sementara dalam operasi penangkapan dengan menggunakan alat tangkap pole and line disamping dibutuhkan sarana alat tangkap berupa kapal, pancing dan umpan berupa ikan hidup juga diperlukan alat bantu rumpon sebagai sarana untuk mengkonsentrasikan ikan (Winarso, 2004). 

1.2         Tujuan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai syarat untuk lulus dalam mengikuti matakuliah Instrumen Rekayasa Penangkapan Ikan.

1.3         Manfaat
Adapun manfaat dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1          Untuk mengetahui definisi dari alat tangkap pole and line
2          Untuk mengetahui konstruksi alat tangkap pole and line



BAB II
PEMBAHASAN
2.1     Sejarah Pole and Line
Ikan tuna sudah dikenal manusia sejak zaman batu, hal ini dibuktikan dengan ditemukannya alat penangkap ikan dengan menggunakan pancing dari tanduk dan perahu jukung kuno. Pada awalnya pole atau gandar terbuat dari bahan tradisional seperti bambu atau kayu namun seiring dengan kemajuan zaman, bahan pole atau gandar berkembang sehingga terbuat dari metal atau fiberglaas.
Di Jepang, pancing pertama dikenalkan pada abad 8 yang terbuat dari metal, dan kemudian ditemukan jaring untuk skipjack atau cakalang pada abad 12. Pada awalnya penangkapan ikan menggunakan pole and line menggunakan perahu jukung kemudian berkembang menjadi perahu dayung, perahu layar dan akhirnya berkembang menjadi kapal layar besar pada abad 19. Dan sekarang kapal pole and line sudah menggunakan mesin/motor yang modern.

2.2     Kapal Pole and Line
Bentuk kapal pole and line sangat berperan penting dalam keberhasilan penangkapan ikan ini, untuk itu kapal yang digunakan harus sesuai untuk pengoperasian. Menurut Subani dan Barus (1989), ada beberapa ciri khusus bentuk kapal pole and line diantaranya yaitu pertama pada bagian atas dek kapal bagian depan terdapat plataran ( flat form ) yang digunakan sebagai tempat memancing, kedua dalam kapal harus tersedia bak-bak untuk penyimpanan ikan umpan yang masih hidup, dan yang ketiga pada kapal pole and line ini harus dilengkapi sistem semprotan air ( water splinkers system ) yang dihubungkan dengan suatu pompa.
Sedangkan tenaga pemancing jumlahnya bervariasi misalnya saja untuk kapal ukuran 20 GT dengan kekuatan 40-60 HP. Kapal pole and line adalah kapal dengan bentuk yang stream line dan mempunyai olah gerak kapal yang lincah dan tergolong kapal yang mempunyai kecepatan service sedang yaitu diatas 10 knot dan gerakan stabilitas yang baik untuk mengejar segerombolan ikan, yakni kapal tersebut sambil olah gerak.
Untuk pengoperasian alat tangkap pole and line ini dibutuhkan tenaga anak buah kapal (ABK) berjumlah 22-26 orang, dengan ketentuan sebagai berikut : 1 orang sebagai kapten, 1 motoris, 1-2 orang pelempar umpan, 1 orang sebagai koki dan sisanya sebagai pemancing (Subani dan Barus, 1989).
2.2.1    Konstruksi Kapal Pole and Line
   Kapal pole and line adalah kapal dengan bentuk yang strem line dan mampu berolah gerak, lincah dan tergolong kapal yang mempunyai speed service yaitu diatas 10 knot dengan stabilitas yang baik untuk mengejar gerombolan ikan, yakni kapal tersebut sambil olah gerak menangkap ikan, (Direktorat Jenderal Perikanan, 1994).
Kapal huhate pada dasarnya digunakan untuk menangkap ikan tuna dan cakalang. Pada saat pelaksanaan penangkapan ikan nelayan atau awak kapal berada di lambung kapal atau para -para khusus dilambung kapal dan memancing ikan dengan menggunakan alat penangkap pole and line serta bersamaan dengan adanya sistem penyemprotan air sambil menaikkan ikan jika ikan terkait pada pancing hal ini merupakan ciri khas dari kapal huhate. Kapal huhate biasa digunakan untuk menanghkap atau memancing ikan cakalang yang terpikat dengan umpan hidup serta semprotan air, oleh karena itu kapal huhate harus dilengkapi dengan bak atau palkah penampung umpan hidup dan dibantu dengan sirkulasi air dan dilengkapai dengan moto rbantu untuk mengalirkanair sprayer atau semprotan 22 air yang fungsinya adalah untuk mengelabui gerombolan ikan cakalang pada saat penangkapan (Direktorat Jenderal Perikanan Tangkap, 1994).
Untuk lebih jelas mengenai konstruksi kapal pole and line dapat kita lihat pada gambar dibawah ini :
Gambar 1. Konstruksu kapal pole and line
Keterangan :
1.    Tempat menyimpan jarring cang            10.  Bendera kebangsaan
2.    Palkah 1                                                 11. Propeller
3.    Palkah 2
4.    Palkah 3
5.    Kamar mesin
6.    Navigasi
7.    Tiang lampu
8.    Anjungan
9.    Knalpot
Ayodhyoa (1972) mengemukakan bahwa kapal ikan mempunyai jenis dan bentuk yang beraneka ragam, dikarenakan tujuan usaha keadaan perairan dan lain sebagainya, yang dengan demikian bentuk usaha itu akan menentukan bentuk dari kapal ikan. Ukuran utama kapal terdiri dari panjang kapal (L), lebar kapal (B), tinggi kapal (D), dan draft (d). Besar kecilnya ukuran utama kapal berpengaruh pada kemampuan (ability) suatu kapal dalam melakukan pelayaran atau operasi penangkapan, dimana :
-        Nilai L (panjang), erat hubungannya dengan interior arrangement, seperti letak kamar mesin, tangki bahan bakar, tangki air tawar, palka, kamar ABK, perlengkapan alat tangkap dan peralatan lainnya.
-        Nilai B (lebar), berhubungan dengan stabilitas dan daya dorong kapal.
-        Nilai D (dalam/tinggi), berhubungan erat dengan tempat penyimpanan barang dan stabilitas kapal.

2.2.2    Perlengkapan Kapal Pole and Line
Kapal pole and line memilki alat bantu penangkapan dalam operasi penangkapan ikan cakalang antara lain :
a)        Pila-Pila
Pila-pila difgunakan sebagai tempat para pemancing (awak kapal) yang letaknya pada lambung, haluan dan buritan kapal.
b)        Pipa Penyemprot Air
Pipa penyemprot digunakan untu k menyemprot air ke permukaan air di sekitar kapal dengan posisi pada gerombolan ikan. Tujuan dari penyemprotan air tersebut adalah untuk mengelabui ikan-ikan yang berada di permukaan air yan g terdapat gerombolan ikan didekat kapal. Pipa penyemprot ditempatkan di sepanjang pila - pila atau sekeliling lambung kapal, bahan yang digunakan pila pila dari bahan paralon atau dari pipa besi pada ujungnya dipasang kran diameter pipa 3,5 inchi.Tekanan penyemprotan air tersebut dilengkapi dengan pompa air (water pump).
c)        Bak umpan
Untuk mempertahankan ikan umpan tetap hidup saat digunakan, maka memerlukan tempat atau bak. Pada bak umpan tersebut dilengkapi dengan lampu penerangan dengan masing-masing bak 50 watt. Fungsi dari lampu penerangan tersebut adalah ikan -ikan sebagai umpan dapat berkelompok atau bergerombol dan tidak berenang secara liar, akibat dari tidak diberikan lampu tersebut antar ikan-ikan sering bergerak secara tidak menentu, maka ikan sali ng bertubrukan yang akan membuat ikan umpan tersebut rusak akhirnya liar tidak dapat digunakan pada saat operasi penangkapan ikan atau waktu pemancingan.
d)       Sibu – sibu
Sibu – sibu merupakan alat yang digunakan untuk menaburkan umpan hidup ke laut. Alat ini berupa sebuah seser kecil yang mempunyai kantong dan gagang. Paa bagian kantong terbuat dari sintetis tanpa simpul dengan ukuran mata jaring (mesh size) 0,5 – 0,75 cm dalam kantong antara 20 – 25 cm dan memiliki diameter mulut kantong sekitar 10 – 14 cm. pada bagian keliling mulut kantong terbuat dari bahan besi dengan diameter besi 0,5 cm. pada bagian gagang dari sibu – sibu terbuat dari kayu memiliki panjang 50 cm dan diameter oangkal dan ujungnya adalah 3 cm dan 1 cm.
e)        Palo
Palo adalah alat yang digunakan untuk memindahkan umpan hidup dari bak umpan ke bak penaburan umpan. Bentuk dari palo menyerupai sibu – sibu, tetapi mempunyai ukuran yang lebih besar. Alat ini juga sering digunakan untuk memindahkan umpan hidup dari bagan perahu dan lampara ke bak umpan hidup.
f)         Bak Penaburan Umpan Hidup
Bak penaburan umpan hidup digunakan untuk menampung umpan sementara sebelum ditebarkan, bak penaburan ini terbuat dari bahan papan yang berbentuk segi empat. Pada bagian atas mempunyai ukuran 60 x 56 cm, dan untuk bagian bawah berukuran 42 x 44 cm dengan tinggi bak mencapai 45 cm.


2.2.3    Peranan Umpan Hidup Terhadap Operasi Penangkapan
Peranan umpan hidup pada suatu operasi penangkapan ikan dengan menggunakan huhate yang 14 adalah sangat tergantung dan mutlak untuk penggunaan umpan hidup sebagai perangsang ikan cakalang (Katsowonus pelamis) maupun baby tuna (yellow fin).
Umpan yang digunakan selalu menggunakan umpan hidup yaitu tembang (Sardinella fimbriata) dan rambeng (Stolephorus devisi, golden morph) tetapi untuk umpan jenis rambeng hanya digunakan pada satu kali operasi penangkapan, dikarenakan umpan hidup tersebut sudah langka untuk didapatkan tetapi peranannya pada hasil tangkapan adalah cukup maksimal, karena umpan hidup jenis rambeng mempunyai ukuran yang lebih kecil dibandingkan dengan tembang, sisik kuat tidak mudah lepas, sehingga tahan hidup di dalam bak sirkulasi umpan cukup lama dan tidak mudah mati. Mengingat bahwa ikan cakalang (Katsowonus pelamis) dan baby tuna (yellow fin) sangat suka terhadap umpan yang kuat dan tahan lama, apabila ditebar pada saat ikan dalam keadaan lapar dan berusaha untuk mencari makan.

2.3     Alat Tangkap Pole and Line ( huhate )
Huhate (Skipjack pole and line) atau umumnya lebih dikenal dengan “pole and line” adalah cara pemancingan dengan menggunakan pancing yang dikhususkan untuk menangkap ikan cakalang yang banyak digunakan di perairan Indonesia. Selanjutnya dikatakan juga menurut Ayodhoya, (1981), pole and line umum digunakan untuk menangkap ikan cakalang (Katsuwonus pelamis) sehingga dengan kata perikanan pole and line sering pengertian kita ke arah perikanan cakalang, sungguhpun dengan cara pole and line juga dilakukan penangkapan albacore, mackerel dan lain sebagainya.
Alat tangkap yang umum digunakan oleh para nelayan di kawasan Timur Indonesia salah satunya adalah Pole and line. Studi yang dilakukan Bustaman S dan Hurasan (1997) menunjukkan bahwa ada tujuh jenis alat tangkap yang digunakan untuk menangkap ikan tuna/cakalang. Diantara ketujuh jenis alat tangkap tersebut, Pole and line, Long line dan Trawl line merupakan tiga jenis alat tangkap yang paling produktif untuk menangkap ikan tersebut (Winarso, 2004). Untuk Cakalang, alat yang berperan besar dalam penangkapan adalah Pole and line, tonda dan pancing ulur (Ditjen Perikanan, 1989).
Di antara sekian banyak alat tangkap ikan untuk tujuan komersial yang paling sederhana dan murah harganya adalah pole and line ini. Peralatan yang hanya terdiri dari tiga komponen pokok yang ukurannya juga tidak terlalu besar dan khusus ini adalah joran, tali dan pancing saja. Joran bisa dibuat dari bambu yang ruasnya tidak terlalu panjang, tebal dan lurus, panjangnya sekitar 4-6 meter. Memang ada jenis bambu yang untuk joran pole and line ini sangat baik, karena mempunyai daya lentur yang tinggi (Surur, 2007).
Menurut Ditjen Perikanan (1989), sebagai penangkap ikan, alat ini sangat sederhana desainnya. Hanya terdiri dari joran, tali dan pancing. Tetapi sesungguhnya sangat komplek karena dalam pengoperasiannya memerlukan umpan hidup untuk merangsang kebiasaan menyambar pada ikan sebelum pemancingan dilakukan serta semprotan air untuk mempengaruhi visibility ikan terhadap kapal dan para pemancing.
Huhate atau pole and line khusus dipakai untuk menangkap cakalang. Oleh karena digunakan hanya untuk menangkap cakalang, maka alat ini sering disebut “pancing cakalang”. Huhate dioperasikan sepanjang siang hari pada saat terdapat gerombolan ikan di sekitar kapal. Alat tangkap ini bersifat aktif, kapal akan mengejar gerombolan ikan, setelah gerombolan ikan berada di sekitar kapal lalu diadakan pemancingan.
Ada beberapa keunikan dari alat tangkap huhate. Bentuk mata pancing huhate tidak berkait seperti lazimnya mata pancing. Mata pancing huhate ditutupi bulu-bulu ayam atau potongan rafia yang halus agar tidak tampak oleh ikan. Bagian haluan kapal huhate mempunyai konstruksi khusus, dimodifikasi menjadi lebih panjang, sehingga dapat dijadikan tempat duduk oleh pemancing. Kapal huhate umumnya berukuran kecil. Di dinding bagian lambung kapal, beberapa cm di bawah dek, terdapat sprayer dan di dek terdapat beberapa tempat ikan umpan hidup. Sprayer adalah alat penyemprot air.
Pemancingan dilakukan serempak oleh seluruh pemancing. Pemancing duduk di sekeliling kapal dengan pembagian kelompok berdasarkan keterampilan memancing yaitu :
  1. Pemancing I adalah pemancing paling unggul dengan kecepatan mengangkat mata pancing berikan sebesar 50-60 ekor per menit. Pemancing I diberi posisi di bagian haluan kapal, dimaksudkan agar lebih banyak ikan tertangkap;
  2. Pemancing II diberi posisi di bagian lambung kiri dan kanan kapal;
  3. Pemancing III berposisi di bagian buritan, umumnya adalah orang-orang yang baru belajar memancing dan pemancing berusia tua yang tenaganya sudah mulai berkurang atau sudah lamban.
Menurut Surur (2007), hal yang perlu diperhatikan adalah pada saat pemancingan dilakukan jangan ada ikan yang lolos atau jatuh kembali ke perairan, karena dapat menyebabkan gerombolan ikan menjauh dari sekitar kapal. Umpan yang digunakan adalah umpan hidup, dimaksudkan agar setelah ikan umpan dilempar ke perairan akan berusaha kembali naik ke permukaan air. Hal ini akan mengundang cakalang untuk mengikuti naik ke dekat permukaan. Selanjutnya dilakukan penyemprotan air melalui sprayer. Penyemprotan air dimaksudkan untuk mengaburkan pandangan ikan, sehingga tidak dapat membedakan antara ikan umpan sebagai makanan atau mata pancing yang sedang dioperasikan. Umpan hidup yang digunakan biasanya adalah teri (Stolephorus commersoni).

2.4     Klasifikasi Alat Tangkap Pole and Line
          Menurut Direkorat Kapal Perikanan dan Alat Penangkap Ikan (2009),  berdasarkan Statistik Indonesia alat tangkap huhate termasuk dalam kelompok pancing. Alat tngkap ini disebut juga pancing “gandar” karena menggunakan gandar “walesan” atau “joran” atau tangkin. Sedangkan berdasarkan FAO, penggolongan alat tangkap ikan menurut (Nedelec, 1996); dalam International Standart Statistical Classification On Fishing Gear (ISSCFG) Pole and Line termasuk dalam kelompok alat tangkap pancing berjoran biasa.
2.5     Konstruksi Alat Tangkap Pole and Line
          Secara umum alat tangkap pole and line terdiri atas joran (bambu atau lainya ) untuk tangkai pancing, polyethilene untuk tali pancing dan mata pancing yang tidak berkait balik. Deskripsi alat tangkap pole and line adalah sebagai berikut:
1.      Joran (galah) terbuat dari bambu (umumnya berwarna kuning) yang cukup tua dan tingkat elastisitas yang baik. Panjang joran berkisar 2 - 2,5 meter dengan diameter bagian pangkal 3 - 4 cm dan bagian unjuk berkisar 1 -1,5 cm.
2.      Tali Utarna (main line) terbuat dari bahan sintetis polyethilene dengan panjang sekitar 1,5 - 2 meter disesuaikan dengan panjang jorannya, cara pemancingan, tinggi haluan kapal dan jarak penyemprotan air. Diameter tali 0,5 cm dan nomor tali adalah no. 7.
3.      Tali Sekunder terbuat dari bahan monopilament berupa tali berwarna putih sebagai pengganti kawa baja (wire leader) dengan panjang, berkisar 20 cm.
4.       Mata Dancing (hook) yang tidak berkait batik. Mata pancing yang digunakan bernomor 2,5 - 2,8 . pada bagian atas mata pancing terdapat timah berbentuk Blinder dengan panjang sekitar 2 cm dan berdiameter 8 mm serta dilapisi nikel agar tertihat lebih mengkilap.
Sisi luar sunder terdapat cincin untuk mengikat tali sekunder, dibagian mata pancing dilapisi guntingan tali rapia berwarna berbentuk rumbai-rumbai yang berfungsi sebagai umpan tiruan.
Pengoperasian atat tangkap Pole and Line bisa dilakukan dekat rumpon, sementara pemancing sudah bersiap disudut kiri kanan pada haluan kapal (cara mendekati ikan harus dari sisi kiri dan kanan bukan dari arah belakang, lihat gambar 4.17).
Pada saat jarak jangkau, umpan dilemparkan yang kemudian ikan dituntun ke arah haluan kapal. Pelemparan umpan dilakukan secepat mungkin sehingga gerakan ikan dapat mengikuti gerakkan umpan menuju haluan kapal. Jangan lupa juga mesin penyemprot sudah difungsikan agar ikan tetap berada di dekat kapal. Waktu pemancingan tidak pertu dilakukan pelepasan ikan dari mata pancing, karena saat joran disentuhkan ikan akan jatuh ke atas kapal dan terLepas dengan sendirinya dari mata pancing.
Berdasarkan pengalaman dan keahlian, pemancing dikelompokan ke dalam 3 (tiga) kelas pemancing. Pemancing kelas I sebagai pemancing berpengalaman ditempatkan dihaluan kapal, pemancing kelas II di samping kapal dekat dengan haluan sedangkan pemancing kelas III ke samping kapal agak jauh dari haluan. Untuk memudahkan pemancingan maka pada kapal Pole and Line dikenaL adanva "flyinq deck" atau tempat pemancingan.

2.6     Teknik Pengoperasian
          2.6.1    Persiapan
1.         Tahap persiapan ini dilakukan sebelum kapal berangkat untuk mencari gerombolan ikan / fishing ground.
2.         Hal-hal yang perlu dipersiapkan antara lain :
3.         Merangkai alat pancing
4.         Es / freon yang digunakan untuk menyimpan ikan hasil tangkapan agar lebih awet
5.         Umpan hidup, biasanya menggunakan ikan teri yang diperoleh dari hasil menjla sendiri atau membeli dari pengusaha ikan umpan
6.         Ember, kaleng, jaring tangguk, seser yang berguna untuk membantu kelancaran operasi penagkapan yaitu untuk menyebarkan umpan
7.         Joran / gandar yang telah dirangkai sesuai dengan sejumlah pemancing besreta cadangannya.
8.         Bahan bakar untuk berangkat dan kembali dari Fishing Ground
9.         Bahan Makanan untuk anak buah kapal
10.     Dan alat- alat lain yang dapat membantu kelancaran operasi penangkapan
11.     Mencari Fishing Ground

2.6.2    Mencari Gerombolan Ikan
Setelah semua alat yang diperlukan dalam operasi penangkapan disiapkan, dilakukan pencarian gerombolan ikan. Hal ini dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan mencari secara langsung gerombolan ikan dengan berlayar kesana-kemari ( manouvere ) dan dengan memperhatikan kawanan burung laut atau ke tempat rumpon yang telah disiapkan sebelumnya.

2.6.3       Pemancingan
Pemancingan dilakukan dengan melemparkaan ikan umpan hidup sebagai perangsang agar cakalang lebih mendekat ke arah kapal sehingga lebih udah dijangkau oleh pancing. Setelah ikan mendekat, agar umpan hidup tidak banyak terbuang, maka kran penyemprot air laut dibuka dan setelah ikan terlihat meloncat-loncat kemudian dipancing.
Kegiatan pemancingan ini dilakukan begitu rupa yaitu dengan menjatuhkan pancing ke atas permukaan air dan bila disambar oleh cakalang, dengan cepat diangkat melalui atas kepala dan secara otomatis terlempar ke dalam dek kapal. Hal demikian dilakukan hingga berulang-ulang. Pemancingan dengan cara seperti ini biasa disebut dengan cara banting. Disamping itu ada yang disebut dengan cara gepe yaitu cara pemancingan dengan pole and line dimana setelah ikan terkena pancing dan diangkat dari dalam air kemudian pengambilan dari mata pancing dilakukan dengan cara menjepit ikan diantara tangan dan badan si pemancing
Gambar 3. Pengoperasian alat tangkap


2.7     Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengoperasian Alat Tangkap
Faktor-faktor yang mempengaruhi keberhasilan dalam penangkapan ikan dengan Alat Tangkap Pole and Line adalah sebagai berikut:
a)    Faktor internal:
1)    Kondisi kapal penangkap ikan
2)    kemampuan Nahkoda/Mualim 1 sebagai fishing master dalam mengemudikan kapal dan menentukan daerah penangkapan.
3)    Jenis dan jumlah umpan yang digunakan pada saat pemancingan
4)    Kemarihan juru umpan (boi-boi) pada saat menebarkan umpan
5)    Keahlian pemancing pada saat memancing
b)  Faktor eksternal:
1)    Arus
Apabila terlalu kencang maka biasanya ikan tidak makan karena umpan hidup yang di buang tidak mendekati haluan kapal.
                 2)    Ombak
 Ombak yang terlalu kencang menyebabkan ikan tidak makan karena kail pancing tidak terlalu baik jatuhnya di permukaan air.
                 3)   Angin
       Apabila angin terlalu kencang ikan malas juga makan karena kapal tidak  tenang sedangkan proses pemancingan yang baik kapal tenang dan mesin prei.
4)     Cuaca
Apabila cuaca cerah dan trik, ikan biasanya malas makan karena suhu permukaan terlalu panas sehingga ikan berada di perairan yang agak dalam, biasanya ikan makan pada saat pagi pukul 05.00 sampai 08.00 dan pada saat sore pukul 05.00 sampai petang.

2.8     Hasil Tangkapan Ikan
Jenis ikan yang tertangkap dengan menggunakan kapal pole and line pada umumnya adalah ikan cakalang dan ikan tuna ekor kuning, namun ada juga jenis ikan yang ikut tertangkap walau bukan dari target tangkapan, hal ini disebabkan karena ikan-ikan tersebut berenang secara bergerombol bersamaan dengan ikan pelagis lainnya untuk mencari makan.


2.9     Teknik Penanganan Hasil Tangkapan
Hasil tangkapan yang sudah ada diatas deck kapal langsung disiram dengan air laut untuk membersihkan darah dan lendir pada  tubuh ikan. Kemudian ikan dimasukkan kedalam palka yang sudah diisi es balok pada bagian dasar yang sudah dihancurkan  untuk melindungi agar mutu dan kualitas ikan tetap terjaga untuk sementara waktu sebelum ikan tersebut dibongkar di darat.  Setelah ikan dimasukkan palka selanjutnya palka disiram dengan air laut. Pemberian es dan penyiraman air ini tidak digunakan perhitungan perbandingan namun didasarkan situasi dan kondisi ikan.tangkapan yang telah ada di atas deck kapal langsung.
Berikut beberapa cara penanganan hasil tangkapan atau perletakan ikan didalam palka:
1.      Bulking
Dasar palka diberi lapisan es setebal ± 15 cm. Ikan ditumpuk berlapis-lapis dan bergantian dengan lapisan es.
2.      Shelfing
 Dilakukan dengan cara diatas rak (sekat-sekat dari kayu) dan hanya satu lapis ikan pada tiap rak. Sekat-sekat tersebut merupakan sekat hidup yang dipasang dengan jarak 20 cm dari jarak rak diatasnya.
3.      Boxing
Ikan disusun didalam peti (dari kayu), peti-peti yang berisi ikan disusun sedemikian rupa agar tidak terlalu banyak ruang yang terbuang. Lapisan es diberikan diatas lantai palka dibawa tumpukan peti-peti.
2.10     Pembongkaran Hasil Tangkapan
Setelah sampai di PPS, kita langsung melakukan pembongkaran hasil tangkapan. Terlebih dahulu kita membongkar sisa sisa es yang tidak terpakai. Kemudian orang palka menyiram palka yng berisi ikan dan satu orang yang masuk ke dalam palka untuk membongkar ikan, kemudian ada dua orang yang bertugas menarik keranjang yang sudah terisi ikan. Apabila ikan sudah berada di atas geladak maka yang lainnya mengangkat ke atas mobil yang sudah siap untuk mengangkut ikan di bawa ke perusahaan.

                                                                                               

BAB III
PENUTUP
3.1     Kesimpulan
          Adapun kesimpulan yang dapat kita ambil dari makalah ini adalah :
1.        Pole anda Line adalah salah satu dari jenis alat penangkapan Ikan laut yang biasa dilakukan oleh para Nelayan pada daerah tertentu yaitu yang memiliki potensi Jenis Ikan pelagis atau ikan permukaan.
2.        Konstruksi dari alat tangkap pole and line adalah joran, tali utama, tali skunder dan mata pancing.

3.2  Saran
1.             Informasi persiapan sebaiknya dilakukan dengan perencanaan yang matang dan direncanakan jauh hari sebelum praktek dimulai, sehingga segala kemungkinan dapat teratasi dan persiapan pelaksanaan praktek menjadi lebih matang.
2.             Pada proses penanganan ikan di kapal hendaknya memperhatikan prinsip-prinsip penanganan ikan yang baik dan benar sehingga mutu ikan dapat dipertahankan pada kualitas yang segar.
  


DAFTAR PUSTAKA

1.         Arthur Bowber, Nedeelec. 1976.Fisherman’s Manual.England
2.         Kanagawa, Nomura.. Outline of Fishing Gear and Method.International
3.         Fisheries Training Centre. Japan
4.         Kristjhonson, Hilmar.1959. Modern Fishing Of The World. Roma,Italy
5.         Tsudani, Toshito.1983. Illustration of Japanese Fishing Boats. Tokyo,Japan
6.         Admin. 2011. Pole and line fishing. [terhubung berkala]           http://www.britannica.com/EBchecked/topic/467214/pole-and-line-fishing             (8 Oktober 2011)
7.         [Dinas Kelautan dan Perikanan]. 2008. Pole and Line.         http://www.kp3k.kkp.go.id/ttg/detail-dttg/97/pancing-tonda                          (8 Oktober 2011)


8.         [FAO]. 2011. Tuna pole and line fishing. [terhubung berkala]          http://www.fao.org/fishery/fishtech/30/en      (8 Oktober 2011)

2 comments:

  1. How to win at Casino Site | LuckyClub
    Winning tips for this casino site are available from our top tipster. luckyclub See the best casino sites with the most bonuses to bet on. Find out more

    ReplyDelete
  2. Penjelasan yang sangat lengkap...langsung bisa di koleksi nih

    ReplyDelete

PRINSIP PENDINGINAN IKAN MENGGUNAKAN ES UNTUK MEMPERTAHANKAN KUALITAS KESEGARAN IKAN TUGAS MAKALAH MATA KULIAH TEKNIK PENANGANAN HAS...